Ngentot Adik Tanteku Yang Lugu Bagian III

Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Aduh punya kamu ternyata besar juga," bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan batang kejantanan Arie dengan kedua tangannya. "Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikan reaksi apa pun Riee," bisik Tante Rani dengan nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Arie semakin berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan membuktikan pada tantenya itu bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi.

Mulut Tante Rani yang merekah telah mengulum batang kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. "Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Tante dengan begini.. ayo dong gerakin tanganmu." Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Arie semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu tapi ingin karena sudah sejak tadi batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba pantatnya dengan penuh kasih sayang.

Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan penuh nafsu yang sudah lama dipendam. Sedotan bibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang kemaluan Arie. Mendapat serangan yang sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya ke atas sehingga posisi Arie dan tantenya seperti huruf T.

Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan kemaluan tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu. "Ahkk, nikmat.." Tantenya mengerang sambil terus merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika ia merasakan akan orgasme. "Arie.. Tante sudah tidak tahan lagi nich.." diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh tantenya itu karena tantenya ternyata sangat mahir dalam mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-sisi batang kemaluan Arie sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya.

"Aduh. aduh.. Tante nikmat sekalii.." erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil mengerang. "Aduuh Riee.. terus tekan-tekan pantat Tante.." desah Tante Rani sambil terus menggesek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata kemaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. "Ariee.. nah itu terus Riee.. terus.." erang Tante Rani sambil tidak henti-hentinya mengulum batang kemaluan Arie.

"Kamu kok kuat sekali Riee," bisik tante rRni dengan nafas yang terengah-engah sambil terus mengulum batang kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan kuluman yang dilakukannya karena belum mampu membuat Arie keluar sperma. Arie berguman, "Belum tahu dia, ini belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari empat kali terbukti dengan bantal yang digunakan untuk mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang keluar seperti air hujan yang sangat deras."

Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani semakin bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka baju Arie yang masih melekat di badannya. "Buka yaa Sayang bajunya," pinta Tante Rani sambil membuka baju Arie perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante Rani membuka juga celana pendek Arie agar posisinya tidak terganggu.

Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di depan Arie. Melihat dua gunung yang telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Ari menelan ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai tubuh yang indah. Ditambah lagi ia sangat terampil dalam memainkan batang kemaluan laki-laki.

Masih dengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas permadani dan ia langsung menghisap kembali batang kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba sisi batang kemaluan Arie dan terus mengulumnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh gairah. Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang kemaluan Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat sambil berkata, "Aduh Tante.. terus Tante.." Mendengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung mempercepat gesekannya. Melihat Arie yang akan keluar, Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan mengulum batang kemaluan dengan sangat liar. Sehingga warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah-merahan dan di dalam batang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiada tara sambil berkata, "Terus Tante.. terus Tante..", Dan Arie pun mendekap kepala tantenya agar masuk ke dalam batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah. Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan langsung menelannya dan menjilat semua yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie meraung-raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya memang sudah berpengalaman karena bila sperma sudah keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka akan semakin nikmat dan semakin membuat badan menggigil.

Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedot batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi slurp.., slurp.., akibat sedotannya. Setelah puas menjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan Arie, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan Arie dengan mulutnya yang seksi.

Melihat batang kemaluan Arie yang masih memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, "Gila kamu Riee.. kamu masih menantang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih menantangnya." Mendengar tantangan itu, Arie hanya tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke hadapan Arie sambil mengarahkan liang kewanitaannya untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan batang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani terlebih dahulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan Arie pun membalasnya dengan hangat. Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila sehingga liang kewanitaannya yang tadinya menempel di atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke belangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang telah basah itu.

Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. "Aduuh Tante.." sambil melepaskan pagutan yang telah berjalan cukup lama. "Clepp.." suara yang keluar dari beradunya dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan itu perlahan-lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus mendorong pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani telah berhasil menelan semua batang kemaluan Arie. Tante Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara.

"Ariee.." rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika liang senggamanya telah melahap semua batang kemaluan Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil menikmati batang kemaluan Arie yang sudah terkubur di dalam liang kewanitaannya.

"Riee, Tante sudah tidak kuat lagi.. Sayang.." desah Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh, mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan permainan itu Arie mendesir, "Aduh Tante.. terus Tante.." mendengar itu Tante Rani terus menggeser-geserkan pantatnya. Di dalam liang senggama tantenya ada tarik-menarik antara batang kemaluan Arie dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat batang kemaluan Arie dengan liang senggama Tante Rani. Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang kemaluan Arie jauh lebih besar bila dibandingkan dengan milik Om Budiman.

Goyangan pantatnya semakin liar dan Arie mendekap tubuh tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar itu. Kucuran keringat telah berhamburan dan beradunya pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi yang sangat menggairahkan, "Prut.. prat.. pret.." Tangan Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka semakin liar dan semakin membuat saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang kemaluan Arie. Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan Arie. "Ariee.." suara Tante Rani bergetar, "Kamu kalau mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaah". "Iya Tante.." jawab Arie.

Selang beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan tantenya mengetahui, "Kamu mau keluar yaa." Arie merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tidak membuat ia melupakan gigitannya terhadap batang kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara Arie keluar dengan keras, "Tantee.. Tantee.." dan begitu juga Tante Rani mengerang keras, "Riee..". Sambil keduanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannya sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang kemaluan Arie masuk ke dalam liang senggama Tante Rani.

Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat menikmati semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Arie. Tante Rani tersenyum, "Kamu hebat Arie seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebih besar dari suaminya dan sangat menggairahkan."

"Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tante dari dulu ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa.." goda Tante Rani. Arie hanya tersenyum di goda begitu. Tante Rani lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang kemaluan Arie yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie. Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Tante Rani tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang kemaluannya masih berdiri maka ia harus terus berusaha membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk menyakinkannya itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setelah dipijit-pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri lagi.

"Aduh untung batang kemaluanmu Riee.. tidak hidup lagi," bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Arie, "Soalnya kalau masih berdiri, Tante sudah tidak kuat Riee" lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di sebelah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing.

Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena mungkin sudah kebiasaannya bangun pagi, meskipun badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek. Akhirnya Arie jalan-jalan di taman untuk mengisi kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya badannya dapat diajak untuk tidur kembali karena pada hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi yang sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak dilakukannya karena badannya terasa masih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya.

Lalu Arie pun berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie. Tante Rani mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum dan berkata, "Nggak ah Tante, Saya malas ke atasnya." Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum, soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidak menggunakan celana renang. "Sudahlah pakai celana dalam aja," pinta Tante Rani. Tantenya yang terus meminta Arie untuk berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana pendeknya yang tinggal melekat hanya celana dalamnya yang berwarna biru.

Celana dalam warna biru menempel rapat menutupi batang kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat indah diperlihatkan oleh Arie sambil mendekati Tante Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Arie. Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereka saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani dapat juga tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan Arie membuat Tante Rani tidak dapat lagi menghindar.

"Udah akh Arie.. Tante capek," seru mesra Tante Rani sambil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. "Kamu tidak kuliah Riee," tanya Tante Rani. "Tidak," jawab Arie pendek sambil meraba bukit kemaluan Tante Rani. Terkena rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan ciuman yang sangat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie. Mendapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada akhirnya tantenya tertangkap juga. "Sudah ah.. Tante sekarang mau ke kantor dulu," kata Tante Rani sambil sedikit menjauh dari Arie.

Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani tertawa geli melihat Arie yang celana dalamnya telah merosot di antara kedua kakinya dengan batang kemaluannya yang sudah bangkit dari tidurnya. "Kamu tidak sadar Arie, celana dalammu sudah ada di bawah lutut.." Mendengar itu Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. Tante Rani hanya tersenyum. "Kasihan kamu, adikmu sudah bangun lagi, tapi Tante tidak bisa membantumu karena Tante harus sudah pergi," kata Tante Rani sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah menegang kembali.

Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. "Akhh, Tante masa tidak punya waktu hanya beberapa menit saja," kata Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renang Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya diam dan ia terus mencium Arie sambiil berkata, "Iyaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat."

Bersambung... Ngentot Adik Tanteku Yang Lugu Bagian IV